Selasa, 08 Oktober 2013

Sisi Lain Peringatan (Sebuah Pertanyaan)



Perjalanan pulang pergi ke Jakarta beberapa hari yang lalu, membuat saya ingin menuliskan kerisauan ini. Pertama, saya cukup percaya bahwa pemerintah kita telah berusaha sebaik mungkin dalam memberikan pelayanan publik, salah satunya di bidang transportasi umum. Senang rasanya bisa menumpang di kereta jogja-jakarta dengan nyaman. Tanpa asap rokok dan dengan nyala AC yang tak begitu dingin. Jadilah perjalanan ini begitu menyenangkan buat saya.
Saat tiada rasa kantuk sesekali mata ini menengok ke luar jendela. Pemandangannya beraneka ragam. Bagunan khas daerah perkotaan, suasana perdesaan, juga bentangan sawah di sekitar perbukitan/pegunungan yang hijau. Sejuk dipandang mata. Suasananya sungguh nyaman dirasa.
Saat melihat ke arah pintu depan di gerbong secercah harap muncul dalam benak saya. Ada tulisan menarik untuk dibaca yakni “apabila penumpang bersikeras merokok akan diturunkan dimana kereta berhenti.” Wuaah hebat ini. Dalam hati begitu saya bergumam. Hal semacam ini saya anggap sebuah upaya pemerintah untuk memberikan pelyanan terbaik bagi warganya. Sebuah peringatan yang harus diperhatikan oleh para perokok dan perlu mendapat dukungan dari bukan perokok. Peringatan semacam ini tentu diharapkan dapat memberikan efek jera jika benar-benar ada yang melanggarnya.
Tulisan itu saya dapati baik pada keberangkatan maupun pada perjalanan pulang ke Jogja. Di perjalanan pulang ini barulah muncul rasa skeptis pada diri saya tentang peringatan yang terpajang di dalam gerbong itu.  Ah peringatan ini punya lebih dari satu makna.  Ternyata peringatan ini benar adanya memang melarang keras para penumpang merokok di dalam kereta. Ya hanya di dalam kereta! Diperjalanan anda masih bisa merokok. Nanti ada waktunya. Begitulah saya coba memaknainya.
Beberapa kali saya lihat para perokok itu dengan bebasnya merokok saat kereta berhenti di beberapa stasiun. Tentu mereka yang saya lihat itu adalah penumpang kereta segerbong dengan saya. Pertanyaan saya, kenapa mereka tidak ditinggal saja? Toh jika keperluan kereta itu hanya berhenti untuk menurunkan/menaikkan penumpang saja, saya pikir tidak akan menghabiskan waktu sebagaimana menghisap habis sebatang rokok kan?
source: rfclipart.com
Kenyataan ini memunculkan sebuah persepsi bahwa seperti apapun aturan itu dibuat, jangan ada pihak yang terpinggirkan. Pelayanan untuk semua, perlu memperhatikan individu, entitas, maupun komunitas di masyarakat. Termasuk dalam larangan merokok di gerbong kereta. Bagi saya Nampak sekali bahwa para perokok itu tetap bisa merokok selama di perjalanan. Tentu tidak di dalam kereta. Ada waktu dan tempat yang tersedia. Terakhir pertanyaan saya, apakah tidak merokok sehari saja dapat mengancam keselamatan jiwa?