Perjalanan pulang pergi ke Jakarta
beberapa hari yang lalu, membuat saya ingin menuliskan kerisauan ini. Pertama,
saya cukup percaya bahwa pemerintah kita telah berusaha sebaik mungkin dalam
memberikan pelayanan publik, salah satunya di bidang transportasi umum. Senang rasanya
bisa menumpang di kereta jogja-jakarta dengan nyaman. Tanpa asap rokok dan
dengan nyala AC yang tak begitu dingin. Jadilah perjalanan ini begitu
menyenangkan buat saya.
Saat tiada rasa kantuk sesekali
mata ini menengok ke luar jendela. Pemandangannya beraneka ragam. Bagunan khas
daerah perkotaan, suasana perdesaan, juga bentangan sawah di sekitar
perbukitan/pegunungan yang hijau. Sejuk dipandang mata. Suasananya sungguh
nyaman dirasa.
Saat melihat ke arah pintu depan
di gerbong secercah harap muncul dalam benak saya. Ada tulisan menarik untuk
dibaca yakni “apabila penumpang bersikeras merokok akan diturunkan dimana
kereta berhenti.” Wuaah hebat ini. Dalam hati begitu saya bergumam. Hal semacam
ini saya anggap sebuah upaya pemerintah untuk memberikan pelyanan terbaik bagi
warganya. Sebuah peringatan yang harus diperhatikan oleh para perokok dan perlu
mendapat dukungan dari bukan perokok. Peringatan semacam ini tentu diharapkan
dapat memberikan efek jera jika benar-benar ada yang melanggarnya.
Tulisan itu saya dapati baik pada
keberangkatan maupun pada perjalanan pulang ke Jogja. Di perjalanan pulang ini
barulah muncul rasa skeptis pada diri saya tentang peringatan yang terpajang di
dalam gerbong itu. Ah peringatan ini
punya lebih dari satu makna. Ternyata peringatan
ini benar adanya memang melarang keras para penumpang merokok di dalam kereta. Ya
hanya di dalam kereta! Diperjalanan anda masih bisa merokok. Nanti ada
waktunya. Begitulah saya coba memaknainya.
Beberapa kali saya lihat para
perokok itu dengan bebasnya merokok saat kereta berhenti di beberapa stasiun. Tentu
mereka yang saya lihat itu adalah penumpang kereta segerbong dengan saya. Pertanyaan
saya, kenapa mereka tidak ditinggal saja? Toh jika keperluan kereta itu hanya
berhenti untuk menurunkan/menaikkan penumpang saja, saya pikir tidak akan
menghabiskan waktu sebagaimana menghisap habis sebatang rokok kan?
source: rfclipart.com |
Kenyataan ini memunculkan sebuah
persepsi bahwa seperti apapun aturan itu dibuat, jangan ada pihak yang
terpinggirkan. Pelayanan untuk semua, perlu memperhatikan individu, entitas,
maupun komunitas di masyarakat. Termasuk dalam larangan merokok di gerbong
kereta. Bagi saya Nampak sekali bahwa para perokok itu tetap bisa merokok
selama di perjalanan. Tentu tidak di dalam kereta. Ada waktu dan tempat yang
tersedia. Terakhir pertanyaan saya, apakah tidak merokok sehari saja dapat
mengancam keselamatan jiwa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar