Masih teringat benar dalam benak kita betapa heroik kisah
perjuangan pemuda di zaman menjelang kemerdekaan. Dan tentu kita masih ingat
betapa lantang Bung Karno berucap “Berikan aku sepuluh pemuda akan aku
guncangkan dunia.” Derap langkah para pemuda patahkan segala keputus asaan yang
menghadang di tengah jalan. Dahulu segala kekuatan berhimpun menjadi satu saat di
hadapan kita tampak jelas penjajahan itu menindas hak hidup segenap warga bangsa
ini. Namun sekarang adakah semangat itu masih melekat di hati 35 juta lebih
para pemuda islam (berumur 15-24 tahun)?
Sekali lagi kita yakini bahwa bangsa ini masih memiliki
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan data Sensus Penduduk
2010, persentase jumlah pemuda Islam terhadap jumlah penduduk total di
Indonesia sebesar 14,90% (dengan jumlahnya sebesar 35.403.681 jiwa). Angka ini
mendekati seperlima jumlah penduduk di bangsa ini. Pada link ini
dapat kita lihat bahwa jumlah tersebut masih lebih besar dari pada total jumlah
penduduk di Negara Kanada, Sudan, Maroko, Iraq, Afganistan yang jumlahnya
berkisar antara 30-30,5 juta jiwa. Maka sungguh betapa besar aset bangsa ini. Sehingga
patutkah ia dibiarkan begitu saja?
Pada akhir Juli 2013, sebagaimana dilansir oleh inilah.com
jumlah masjid di Indonesia sebanyak 239.497 bangunan. Maka perbandingan jumlah
masjid dengan jumlah pemuda Islam (15-24 tahun) di Indonesia sebesar 1:148. Artinya
secara rata-rata 1 masjid menampung hampir 150 pemuda Islam. bukankah ini
potensi yang besar untuk tumbuh dan berkembangnya pemuda Islam yang memakmurkan
masjid? Lalu faktanya bagaimana? Berapakah jumlah masjid yang memiliki
organisasi remaja/pemuda masjid? Berapa rata-rata jumlah personil aktifnya? Berapa
pula yang sungguh-sungguh aktif dalam memakmurkan masjidnya?
source: bbc.co.uk |
Ah rasanya masih ada banyak pertanyaan yang ingin saya
sampaikan. Namun tidak baik juga kiranya saya khususnya terlalu banyak
beretorika. Hari ini dan selanjutnya ungkapan bahwa bangsa kita adalah bangsa
yang ditunggu-tunggu kiprahnya bagi umat Islam di seluruh dunia, bukanlah
isapan jempol belaka. Masalahnya layakkah diri ini untuk bergabung dalam barisan
gelombang kebangkitan itu? Mari kita jawab!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar