Senin, 15 Juli 2013

Ideku Mampet?

source: sindotrijaya.com
Kemandegan dalam menuliskan suatu hal bukan barang baru lagi buatku. Saat kutuliskan satu ide baru tiba-tiba ia terhenti begitu saja. Atau di lain kesempatan aku bersemangat menulis suatu ide yang menurutku menarik. Namun sayang beribu sayang, baru jadi satu paragraph pendek ia terhenti. Awalnya dengan maksud istirahat sebentar, eh tak taunya terlupakan. Tak lagi disentuh. Saat membacanya lagi ide itu menjadi basi atau tak ada lagi keinginan melanjutkannya.
Harus kuakui bahwa menulis awalnya adalah proses yang membosankan buatku. Dahulu kegiatan menulis buatku hanya sebatas kegiatan formal di bangku sekolah. Ia hanya berupa catatan pelajaran yang diterangkan oleh para guru. Tak lebih dari itu.
Seiring berjalannya waktu perlahan cara pandangku mulai bergeser. Puncak pergeseran itu terasa betul ketika masa akhir belajar di Perguruan Tinggi. Ada syarat wajib harus dilengkapi untuk menuntaskan masa studi. Menulis skripsi. Aku yang tak begitu akrab dengan dunia baca tulis harus berjuang untuk menjalani prose itu. Maka demi kelancaran proses pengerjaan skripsi itulah aku harus mulai membiasakan diri menulis. Entah apapun temanya yang penting aku belajar menulis.
Sampai saat ini aku masih belum benar-benar mampu untuk memberikan alasan yang kuat mengapa aku menulis. Beberapa kali menyimak perbincangan tentang kepenulisan kupahami bahwa sebenarnya menulis bukan soal tekniknya saja. Bukan soal banyak sedikitnya tulisan yang dihasilkan. Bukan itu! Ada hal besar harus diutamakan. Niat menulis. Ia menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan. Ketika niat sudah benar maka hal-hal teknis lainnya akan dapat diatasi.
Ketika niat telah kita benahi maka tinggallah kita mencoba merangkai setiap inspirasi. Kadang inspirasi ini menjadi alasan untuk menutupi bahwa diri kita masih sangat terpengaruh mood. Begitu juga diriku, kemalasan itu kadang kututupi dengan alasan tak ada inspirasi. Tak ada inspirasi maka tak ada tulisan yang bisa dihasilkan ideku mampet. Tak bisa mengalir.
Sebuah pelajaran menarik kudapatkan dari buku berjudul “Dunia Kata.” Buku ini sarat akan makna. Di dalamnya kutemukan banyak pesan berharga dalam kaitannya dengan dunia tulis-menulis.  Untuk menjadikan jiwa lebih inspiratif, menurut ustadz Fauzil Adhim (penulis bukunya) adalah dengan mencapai suatu kondisi yang disebut flow. Kondisi ini dapat dicapai ketika ada keterlibatan psikologis yang sangat kuat. Flow adalah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, kesadaran menyatu dengan tindakan. (Dunia Kata : 78)

Perlahan aku mencoba untuk memahami makna dari flow itu sendiri. Dalam memahami flow kudapatkan satu kata kunci yakni keterlibatan secara psikologis. Menuliskan suatu hal akan terasa mudah dan mengalir ketika jiwa kita terlibat penuh di dalamnya. Kita memahami sebuah permasalahan penting untuk dituliskan, kemudian sepenuh kesadaran jiwa kita tergerak secara fokus untuk dapat menuliskan permasalahan itu.  

Tidak ada komentar: