source: sindotrijaya.com |
Kemandegan dalam menuliskan suatu hal bukan barang baru lagi
buatku. Saat kutuliskan satu ide baru tiba-tiba ia terhenti begitu saja. Atau
di lain kesempatan aku bersemangat menulis suatu ide yang menurutku menarik. Namun
sayang beribu sayang, baru jadi satu paragraph pendek ia terhenti. Awalnya dengan
maksud istirahat sebentar, eh tak taunya terlupakan. Tak lagi disentuh. Saat membacanya
lagi ide itu menjadi basi atau tak ada lagi keinginan melanjutkannya.
Harus kuakui bahwa menulis awalnya adalah proses yang
membosankan buatku. Dahulu kegiatan menulis buatku hanya sebatas kegiatan
formal di bangku sekolah. Ia hanya berupa catatan pelajaran yang diterangkan
oleh para guru. Tak lebih dari itu.
Seiring berjalannya waktu perlahan cara pandangku mulai
bergeser. Puncak pergeseran itu terasa betul ketika masa akhir belajar di
Perguruan Tinggi. Ada syarat wajib harus dilengkapi untuk menuntaskan masa
studi. Menulis skripsi. Aku yang tak begitu akrab dengan dunia baca tulis harus
berjuang untuk menjalani prose itu. Maka demi kelancaran proses pengerjaan
skripsi itulah aku harus mulai membiasakan diri menulis. Entah apapun temanya
yang penting aku belajar menulis.
Sampai saat ini aku masih belum benar-benar mampu untuk
memberikan alasan yang kuat mengapa aku menulis. Beberapa kali menyimak
perbincangan tentang kepenulisan kupahami bahwa sebenarnya menulis bukan soal
tekniknya saja. Bukan soal banyak sedikitnya tulisan yang dihasilkan. Bukan itu!
Ada hal besar harus diutamakan. Niat menulis. Ia menjadi hal terpenting yang
harus diperhatikan. Ketika niat sudah benar maka hal-hal teknis lainnya akan
dapat diatasi.
Ketika niat telah kita benahi maka tinggallah kita mencoba
merangkai setiap inspirasi. Kadang inspirasi ini menjadi alasan untuk menutupi
bahwa diri kita masih sangat terpengaruh mood. Begitu juga diriku, kemalasan
itu kadang kututupi dengan alasan tak ada inspirasi. Tak ada inspirasi maka tak
ada tulisan yang bisa dihasilkan ideku mampet. Tak bisa mengalir.
Sebuah pelajaran menarik kudapatkan dari buku berjudul “Dunia
Kata.” Buku ini sarat akan makna. Di dalamnya kutemukan banyak pesan berharga
dalam kaitannya dengan dunia tulis-menulis. Untuk menjadikan jiwa lebih inspiratif,
menurut ustadz Fauzil Adhim (penulis bukunya) adalah dengan mencapai suatu
kondisi yang disebut flow. Kondisi ini
dapat dicapai ketika ada keterlibatan psikologis yang sangat kuat. Flow adalah keadaan ketika seseorang
sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya
terfokus ke pekerjaan itu, kesadaran menyatu dengan tindakan. (Dunia Kata : 78)
Perlahan aku mencoba untuk memahami makna dari flow itu sendiri. Dalam memahami flow kudapatkan satu kata kunci yakni
keterlibatan secara psikologis. Menuliskan suatu hal akan terasa mudah dan
mengalir ketika jiwa kita terlibat penuh di dalamnya. Kita memahami sebuah
permasalahan penting untuk dituliskan, kemudian sepenuh kesadaran jiwa kita
tergerak secara fokus untuk dapat menuliskan permasalahan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar